USTADZ FAKHRUDDIN : NAFAS DAKWAH GANDOK
Juru Ilmu Sukaharja
Oleh Wildan FauziMenerka hikmah disebalik sejarah. Selalu ada tapak yang membekas disetiap perjalanan. Memberikan pengajaran kehidupan dalam baris-baris keringat. Memahat cita dan asa, membersamai mereka yang memiliki cinta dan harapan mulia.
Satu fase kehidupan bermakna, perjalanan kekhidmatan seorang ustadz dalam membina masyarakat Islami. Tak goyah ditekan keadaan, tak gentar dihadang badai, basah dalam peluh keringat Dakwah, hanya satu harapan, membersamai umat dalam syariat Islam yang sempurna, sesuai Al-Quran dan Sunnah.
Sukaharja, merupakan satu daerah agamis, dibelahan barat Tasikmalaya; menjadi cikal bakal lahirnya kampung Gandok Bungursari Kota Tasikmalaya. Penulis mendapat data ini, dari Bu Hj
Dewi ( Putri ke-4 dari Ustadz Fakhruddin ). Penulis melihat, Gandok merupakan kampung dengan hegemoni dua aliran keilmuan dan organisasi masyarakat Islam besar yang ada di Indonesia, yaitu Persatuan Islam ( Persis ), dan Nahdhatul Ulama ( NU ) Menjadi saksi pijakan kaki, dan senandung dakwah tanah Gandok.
Para guru sebagai penyeimbang dan penyelaras masyarakat, mata air kesejukan dari kegersangan bermasyarakat. Gandok memiliki corak pengaruh dari keluarga besar, yang sama-sama memiliki perhatian dan andil untuk kebermajuan pendidikan, dakwah, kemasyatakan dan lain-lain.
Keberadaan pesantren dan kajian-kajian keislamanan dari para guru, memberikan kesan mendalam bagi Gandok sebagai pusat peradaban ilmu dalam lingkup Bungursari, dan hal ini tak lepas dari gerak juang dan dakwah dari para gurunda.
Sebagai pewaris gerak juang dakwah, dalam upaya menyambung rasa perjuangan dakwah para sesepuh, maka dipandang perlu untuk membuat sebuah penelusuran jejak sejarah dari para gurunda, pejuang dakwah diwewengkon Sukaharja ( Gandok ), dari masa ke masa.
Maka penulis, bermaksud membuat kisah singkat catatan hayat dan nilai juang dari para guru.
[ ] Ustadz Fakhruddin
A. Hayat dan Riwayat
Gandok dalam kurun waktu tahun 1970-2000 memiliki ustadz karismatik, dengan perawakan kalem, gaya yang selalu rapih dan bersahaja, ia adalah Al-Ustadz Fakhruddin. Lahir di Tasikmalaya pada tahun 1920 dari pasangan bapak H. Juandi dan ibu Hj. Dewi.
Ustadz Fakhru, merupakan individual yang ramah, bersahaja. beliau lahir di Sukasari. Tumbuh dan besar dalam keluarga yang memiliki perhatian lebih terhadap pendidikan. Meskipun sejak kecil sudah ditinggal wafat oleh ayah dan ibunya, tetapi beliau sangat tegar dan gigih dalam mencapai citanya.
Ustadz Fakhru menikah dengan Ibu Imas Qomariah. Dari hasil pernikahannya itu dikaruniai sebelas orang anak, mereka adalah (1)Hj. Nunung Nungjiyah (2)Encep Saepudin (3) Dra. Hj. Nurjanah (4) Hj. Dewi Halimah, S. Pd, (5) Endang Fuad (6) Wawan Sofyan (7) Liah Judliyah (8) Uci Sanusi (alm) (9) Idah Rosidah (10) Isah Aisyah (11) Aam Aminah.
Beliau mengawali pengembaraan ilmu dari sejak kecil. Ia masuk ke Perpoleh setingkat SD/MI dizaman Belanda pada tahun 1927 - 1933. Sembari menimba ilmu di perpoleh, ia juga memperdalam ilmu agama Islam di pesantren sukaharja yang dibina oleh aki Yahya. Persantren yang nantinya menjadi rintisan pesantren persis Gandok. Ia termasuk santri yang giat, ulet dan disiplin.
Selesai menimba ilmu di Perpoleh dan Pesantren Sukaharja, beliau diperbantukan di pesantren sukasari, Yang nantinya adalah rintisan pesantren Persis 91 Sukasari.
B. Irisan Dakwah
Permulaan persinggungan dengan persis diawali ketika beliau melaksanakan perjalanan dagang ke Bandung. Selama dibandung beliau banyak mengikuti kajian keislaman diorganisasi persis yang dibina oleh KH. E. Abdurrahman.
Dari sinilah, manhaj berpikir dan gerak dakwahnya mulai menguat dalam organisasi persis. Beliau berguru ke Ustadz E. Abdurahman, Ustadz Akhyar Syuhada, Ustadz Syarif Sukandi dan lain-lain.
Pada tahun 1960,Sepulang dari Bandung, dalam misi perjalanan dagang, maka beliau mulai membantu membina ummat yang ada di Gandok dengan berceramah, mengisi pengajian-pengajian, Imam sholat Jumat dan lain sebagainya. Bersama para sahabat dan ahli mesjid sering mengadakan kajian-kajian, mereka adalah wa Enyong, H. Rusdi, Mang Lili, H. Dahlan, H. Nadir dan Bapak Rohana.
Gerak dakwah ustadz Fakhru adalah merangkul semua elemen masyarakat, beliau adalah seorang yang terbuka, dan tidak menutup diri dari perbedaan, baik secara golongan, manhaj belajar dan lain-lain. Tetapi hal tersebut dijadikannya sebagai media pengembangan dakwah dan ilmu, hal ini kemudian dimanfaatkan sebagai sarana diskusi dengan berbagai ustadz yang ada di NU dan Muhammadiyyah.
C. Kancah Politik
Pergolakan perpolitikan Indonesia dengan beberapa golongan utama yang mendominasi Indonesia, yaitu Golongan Islam, Nasionalis dan Komunis; dengan partai-partai besar seperti Masyumi ( Islam ), PNI ( Nasionalis ) , PKI ( Komunis), NU ( Islam).
Gerakan para Ulama yang berjuang untuk menegakkan syariat Islam tergabung dalam kelompok Masyumi yang dipimpin oleh ulama-ulama Indonesia seperti M. Natsir, Buya Hamka dan lain-lain. Gerak politik ustadz Fakhruddin tergabung dalam gerakan Partai Politik Masyumi. ( Penulis belum memiliki banyak data tentang kiprahnya sebagai anggota Masyumi Tasik)
Dalam tekanan politik yang panas, kondisi alam politik yang tegang dengan berbagai macam gerakan pertentangan, mulai dengan gerakan Daulah Islamiyyah ( DI ), kemudian gerakan PKI. Pernah suatu ketika, Al-ustadz mendapatkan ujian fitnah dari seseorang yang menyebutkan bahwa ustadz berperan aktif pada Daulah Islamiyyah. Dari laporan tersebut, akhirnya ustadz ditahan, dan diasingkan ke Bumi Siliwangi. Namun karena laporan tersebut tidak terbukti, maka beliau mendapatkan pembebasan.
D. Mauidhotul Hayyat
Sebagai seorang guru, Muballigh, Ustadz; beliau memiliki akhlak yang dapat menjadi panutan umat. Beliau adalah sosok yang disiplin, semangat, cinta ilmu dan tegas.
Dimata keluarga beliau adalah suami yang bertanggung jawab, keras dalam kebaikan. Bu Hj. Dewi ( Anak ke-4 Ustadz Fakhru) menuturkan bahwa ayahnya merupakan pribadi yang sangat disiplin, tegas dalam menanamkan nilai kebaikan pada anaknya.
Sumber :
1. Wawancara Keluarga
2. Data Masyarakat Gandok
Komentar
Posting Komentar