Beradab itu semua, Not sectarian : Refleksi 12 Mutiara Adab Seorang 'Alim
Oleh Wildan Fauzi
Satu bahasan menarik dalam bacaan hari ini bagi saya adalah bab 15 ( Lima belas ) dalam buku Pendidikan Islam - Mewujudkan generasi gemilang menuju negara adidaya 2045 tentang " Menjadi Guru beradab "
Ya, beradab adalah infial yang memerlukan proses yang tak sebentar. Perlu pendalaman ilmu dan akhlak supaya menjadi beradab. Makanya orang yang biadab adalah manakala Al-Adalah dan keberpihakan diri yang dihasilkan dari ilmu, amal dan akhlak tak lagi mampu merefleksikan dirinya. Salah satu murid Imam Malik yaitu Ibnul Mubarok pernah berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Melihat dari mulazamah pemebelajarannya saja lama, dan itupun masih dikatakan kurang, sakit perlunya pendalaman dan keberadaban sebagai seorang manusia terhadap segala aspek kehidupan, terutama kepada sang pencipta.
Satu judul bab yang membuat diri ini merenung, ditengah amanat sebagai pengajar tengah dipikul sangat berat ini. Menjadi guru beradab. Bermunculan pertanyaan dalam pikiran, dari yang biasa sampai yang menggelitik. Kenapa mesti beradab ? Bagaimana sebenarnya guru beradab itu ? Apakah saya sudah beradab ?
Kenapa mesti beradab ? Karena memang makna dan konsep pendidikan yang lebih komprehensif adalah pendidikan yang diderivasi dari kata ta'dib dalam bahasa arab. Pendidikan yang berorientasi pada pembentukan manusia berabad, bukan hanya manusia berilmu tapi biadab. Maka dalam hal ini Prof. Syed M. Naquib Al-Attas memaknai pendidikan dengan kata dasar ta'dib lebij dalam dari pada ta'lim, tarbiyyah dll.
Pendidikan Indonesia akhir-akhir ini kembali dibuat tersentak dengan ulah seorang oknum kepala sekolah dan guru, yang tega menca** peserta didiknya. Ini sungguh sebuah ironi besar, dimana seorang guru sejatinya adalah manusia yang harus dimuliakan dengan keilmuannya tapi justru malam menjadi biang kebiadaban tanpa peduli terhadap kausalitas yang dihasilkannya, baik terhadap dirinya sebagai guru, terhadap keluarganya, masyarakat dab bangsa ini.
Bagaimana sebenarnya guru beradab itu ? Ini yang menjadi corenya, sebagai seorang guru saya, kamu dan kita harus mengetahui karakteristik atau Indikator guru ( Asatidz/'Alim ) yang beradab. Saya menukil dari buku Dr. Adian Husaini tentang Pendidikan Islam pada Bab XV tentang menjadi guru beradab, bahwa ia menukil dari ringkasan tulisan Dr. Akhmad Alim ( Dosen UIKA Bogor ) yang meringkas dalam kitab Tadzkirah Al-Sami' Wa Al-Mutakallim karya Syeikh Muhammad bin Ibrahim bin Sa'dullah bin Jama'ah bin Ali bin Jama'ah bin Hazim bin Shakir. ( Terkenal dengan Ibn Jama'ah )
Adab tersebut adalah :
1. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan merasa diawasi oleh-Nya. Ini adalah saat dimana seorang hamba dalam keadaan Muhsin/Ihsan, tingkatan yang paling tinggu dari keimanan seorang hamba. Guru yang beradab menjadikan segala hela nafas perjuangan pendidikannya adalab cara ia mendekatkan diri kepada Allah sebagau bagian dari tanggung jawab seorang hamba yang berilmu.
2. Hendaknya setiap guru/ilmuwan memelihara ilmunya. Seorang 'Alim/ Guru takkan pernah menukarkan atau menggadaikan Ilmu dengan dengan sesuatu yang hina atau rendah, yang bersifat keduniawian. Maka ia senantiasa menjadikan point pertama tadi sebagai landasan pengabdiannya.
3. Hendaknya berprilaku Zuhud. Zuhud artinya tidak rakus terhadap perkara dunia. Ia bersikap sewajarnya saja sesuai dengan kebutuhan pemenuhan kehidupan dan perjalanan dakwah dan mengajarnya.
4. Hendaknya seorang 'Alim tidak menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencapai kepentingan duniawi, seperti jabatan, kekayaan, viralitas dll. Semata-mata ia menginginkan kemanfaatan dan ketersebaran ilmu, dan sebagai bentuk syukur kepada Allah atas karunia Ilmu yang ada.
5. Hendaknya seorang 'Alim menjaga muru'ah dengan menghindari hal-hal yang tidak bermartabat menurut syariat
6. Hendaknya seorang 'Alim menjaga syi'ar - syiar Keislaman. Ia senantiasa menjadi uswah, merefleksikan akhlak yang baik sebagai cerminan keberislaman yang baik, seperti sholat berjama'ah, Amar ma'ruf nahyi mungkar, afsu salam dll.
7. Hendaknya seorang Alim menjaga Amalan Sunnah, baik berupa ucapan ataupun perbuatan.
8. Hendaknya Seorang Alim memiliki loyalitas yang tinggi terhadap masyarakat, dan memperlakukan mereka dengan akhlak yang mulia.
9. Hendaknya seorang Alim menjaga kesucian dirinya dari segala bentuk akhlak tercela, dan menghiasi dirinya dengan akhlak terpuji.
10. Hendaknya seorang Alim tidak berhenti belajar dan memperdalam keilmuawannya, dengan cara membaca, mengkaji, menghafal dll.
11. Hendaknya seorang Alim tidak segan untuk belajar kepada oranglain yang ada dibawahnya.
12. Hendaknya seorang Alim memilik keahlian dalam literasi tulis menulis.
Itulah 12 mutiara adab seorang Alim yang senantiasa menghiasi kehidupannya.
Apakah ke 12 hal tersebut ada pada diri kita ? Silahkan analisa masing-masing individu diri sehingga menjadi sebuat catatan pribadi untuk menjadikan pribadi seorang Alim yang beradab.
Semoga apa yang disampaikan senantiasa menjadi acukan kita untuk menghadirkan pendidikan yang berorientasi penanaman abad bukan hanya soal penanaman pengetahuan dan keterampilan.
Do'a terbaik untuk Guru-guru semua
Semoga jerih payah kita adalah manivestasi cahaya penerang dalam kegelapan alam kubur kita nanti.
Alhamdulillah.
Tasikmalaya, 2019
Maaf, masukan untuk tulisannya:
BalasHapus1. Banyak ejaan tulisan yang harus diperbaharui;
2. Apakah tidak dimiringkan kalau ada istilah bahasa lain (bahasa asing)?
Terimakasih atas masukan nya .
Hapus