MISYKAT DIBALIK WABAH
oleh Wildan Fauzi
Satu syair puisi saya menjadi pembuka untuk tulisan kali ini, judulnya :
-Agama Dalam Lapis Corona-
Oleh Wildan Fauzi
Kecil dalam kehendak
Merenggut jiwa
Menelusur kabut Khauf
Melebur keheningan
Semua ada yang mengendalikan
Dari-Nya ia datang
Ujian dalam lapisan
Pun bisa teguran selimut kekelutan
Lapis-lapis duniawi mempersimpangi
Pandemi menghantui
Lantas syariat terancam mati
Dalam lamunan terdalam mengerogoti
Duhai Allah !
KuasaMu dalam pandangan kami
KeagunganMu menyelimuti kami
Jangan Engkau lebur keimanan dan akidah kami dengan sifat pelebur kemusyrikan pada apa yang terjadi.
Ya 'Aziz !
Kekuatan akidah membentengi
Kekuatan jiwa raga mengikhtiari
Kekuatan do'a melantun lisani
Menetap iman menjaga amal
menabur maslahat mengubur mafsadat
Tasikmalaya, Maret 2020
Segala apa yang terjadi kepada kehidupan manusia, semua nya tidak datang dan terjadi begitu saja. Apapun yang menimpa manusia sejatinya tidak ada aspek kebetulan, seseorang yang wafat, ia tidak wafat karena kebetulan, ia tidak wafat dengan sendirinya, meskipun ada metode mati dengan bunuh diri, tapi semua itu tidak terjadi begitu saja dengan sendirinya.
Seseorang yang sakit, ia tidak sakit dengan sendirinya, ia tidak sakit atas kainginannya, tapi semuanya berjalan dengan aturan dan ketetapan yang bersifat metafisika. Semuanya diluar kehendak manusia.
Maka, ketika kita memperhatikan situasi sekarang ini, apa yang menimpa dunia saat ini tidak terjadi secara ujug-ujug, melainkan ada Dzat yang mengatur segala kejadian. Darimana ia datang, kemana ia datang, mengapa ia datang, mengapa harus sampai kekita, mengapa makhluk ini kasat mata, sangat kecil, semuanya dalam aturan sang Maha Pengatur.
Ini, bukan hanya soal alam, bukan lahir dari ilmu pengetahuan, bukan pula hanya aspek kemakhlukan, tapi semuanya hadir dalam Qodiron Allah SWT sebagai bukti kekuasaan dan iradah-Nya.
Ketika Allah sudah berkehendak, maka tidak ada satupun yang dapat mencegah, menghalangi dan membatalkannya, kecuali atas kehendak Allah sendiri. Hal ini juga, alan ada hubungannya dengan bentuk penyelesaian masalah dan musibah, dengan tidak hanya berikhtiar keduniawiyan tapi juga memerlukan aspek metafisika ( ukhrawiyah ) dalam proses penangannannya, sehingga keseimbangan diri dalam menyikapi musibah ini tidak termasuk pada sikap sekuler.
Selain itu, musibah atau wabah yang terjadi di dunia ini, semakin menegaskan kemaha gagahan Allah swt. Sang Khaliq dengan segala sifat dan kehendakNya. Ia yang mengurus, mengatur, merajai seluruh alam dan segala isinya. Tidak ada yang luput dari ilmuNya, tidak ada yang luput dari pengetahuannya, tidak ada yang luput dari penglihatannya, semuanya nampak jelas dan dalam satu kehendakNya.
Hal ini juga mempertegas, tempat dan jati diri manusia dimuka bumi ini, dalam kaca mata Sang Khaliq semuanya sebagi makhluk yang lemah, tidak memiliki daya dan kekuatan melainkan semuanya hadir dalam karunia Allah sendiri. Maka jelaslah, tidak satu celah pun bagi manusia untuk merasa sombong, angkuh dan berbangga dengan segala kekuatan yang ada, karena sejatinya dirinya tidak ada apa-apanya selain atas kekuatan Allah yang diamanahkan kepadanya.
Kita meyakini bahwa Virus yang menyebar ini adalah salah satu dari makhluk Allah yang kasat mata yang diutus olehNya dan dalam kehendakNya. Sebagai orang yang beriman kepadaNya, kita memiliki keyakinan dan pemikiran bahwa Allah tidak menimpakan suatu musibah kepada hambaNya yang beriman bukan sebagai adzab, melainkan sebagai ujian iman dan ujian kehidupan bagi seorang mumin dalam rangka meningkatan keimanannya kepada Allah.
Ketika konsepsi seperti itu tertancap dalam jiwa dan pemikirannya, musibah yang menimpanya tidak menghalanginya untuk tetap menghadirkan keta'atan kepada Allah, istiqomah dalam beribadah kepadaNya, dan senantiasa memohon pertolonganNya.
Sebagaimana yang terjadi sekarang ini, dengan adanya perintah atau anjutan untuk stay at home " Diam dirumah" sebagai satu diantara ikhtiar mencegah penyebaran virus, maka orang beriman melihat hal ini bukan sebagai penghalang dalam menghadirkan keistiqomahan dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Sesuai dengan janji rasul bahwa " ketika wabah menimpa kaum mu'minin, maka itu akan menjadi رحمة للمومنين ( rahmat bagi orang-orang yang beriman ) ketika mereka menyikapinya dengan صبيرا & محتسبا ( Sabar dan mendekatkan diri kepada Allah )
Syarat wabah ini menjadi rahmat manakala dibekali dengan keimanan disikapi dengan sabar dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Maka dengan adanya "Diam dirumah" tidak menutup peluang amal sholeh, dan pintu-pintu keridhoan Allah.
Salah satu contoh hal, menghadirkan keridhoan Allah ditengah keterbatasan keluasan gerak langkah dan keterbatasan ini, maka satu qoidah yang dapat kita perhatikan, yaitu
ما لا يدرك كله لا يترك كله
Ketika tidak bisa melakukan semuanya, maka jangan meninggalkam semuanya.
Sebagai contoh, manakala ada anjuran diam di rumah, dan kita ingin sholat berjama'ah dimesjid, tapi kondisi tidak memungkinkan maka arahkan untuk sholat dirumah.
Manakala sholat berjama'ah dimesjid tidak bisa, maka sebisa mungkin kita pun tetap menjaga sholat diawal waktu di rumah.
Manakala kita tidak bisa melaksanakan pengajian di majlis, maka kita bisa melakukan pengajian dalam bentuk lain, seperti membaca Al-Quran, membaca buku agama atau mengikuti kajian via online.
Maka, hal penting yang ingin disampaikan adalah dalam situasi seperti ini, disatu sisi, kita memiliki kewajiban dalam menjaga diri ( حفظ النفس ) ditengah wabah ini, tapi disisi lain kita pun harus memperhatikan kewajiban menjaga agama ( حفظ الدين ) dengan tidak keluar dari pedoman dan contoh nabi. Maka perlulah kita memahami dan mengetahuinya, sehingga disaat kita ingin menjaga diri dengan istiqomah beribadah, malah ibadah kita menyalahi aturan dan contoh nabi, sehingga ibadah kita sia-sia adanya. ( مرددة لا تقبل )
Demikian, catatan kecil semoga bermanfaat.
Tasikmalaya, April 2020
Komentar
Posting Komentar